ADORE

A wedding circus

WITH(OUT) ELECTRICITY?

<self narrative>
the house of natural fiber, Yogyakarta New Media Art Laboratory 2006 – 2007
Videowork & Electronic Music Festival

1kecil.jpg

Pada era 1995 – 2006, anak muda telah memasuki sebuah era dimana segala yang berbau digital adalah dewa. Kisah –kisah perayaan dan pemujaannya membuat kita terlena. Arus globalisasi dan derasnya kucuran teknologi telah membuat kita masuk ke dalam sebuah kultur baru yaitu noise culture, dimana penempatan teknologi sebagai sang maha mebuat semua orang saling berteriak bahwa aku adalah teknologi, teknologi adalah aku, proses- proses berinteraksinya satu aku dengan aku yang lain terjadi secara pemaksaan karena penggunaan teknologi yang berlebih-lebihan.

Pemaksaan – pemaksaan identitas yang dibentuk lewat teknologi menimbulkan sebuah kebisingan tanpa tersadari.
Bentuk – bentuk kultur baru ini menimbulkan sebuah kebisingan semu, yang jika dibiarkan akan mengikis secara perlahan identitas- identitas diri. Sebuah bentuk perlawanan harus datang, techno culture yang menjadi dasar dari perkembangan kultur ini harus berubah fungsi, penggunaan teknologi sebagai bentuk resistensi bukan teknologi sebagai aku. Teknologi adalah dirinya sendiri, dan manusia adalah manusia. Bentuk resistensi ini akan mencetuskan gagasan baru dalam bentuk teknologi digunakan sebagaii penandaan akan keakuan, kedirian dan kekinian.
Penyampaian identitas dalam bentuk kediaman ( silence culture ), dimana proses penyampaian identitas dan keakuan disampaikan tanpa proses noise. Dalam hal ini penyampaian bentuk keakuan disampaikan lewat karya seni, proses kolaborasi dan penggunaan teknologi; videowork dan musik elektronik.
Proses interaksi pun terjadi tanpa lewat hingar bingar dan pengadaptasian adanya identitas satu dengan yang lain terjadi tanpa proses pemaksaan. Masing –masing diri berhak menyerap penawaran identitas. Kebebasan proses penyerapan akan terjadi, karena seperti yang dikatakan Roland Barthes ( Image, Music, Text  tentang the death of the author),maka ketika pihak pertama menyampaikan gagasan tentang identitas, akan terjadi suatu punctum yang kemudian berkembang di benak pihak kedua berdasarkan pengalaman pribadinya sendiri tanpa adanya proses pemaksaan dari pihak kedua sehingga timbulah sebuah proses yang berlangsung secara tenang dan hening.

Peri lobi-lobi

No comments yet»

Leave a comment